Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas I SMP Negeri 1 Danau Panggang
Melalui Kuis Numbered-Head-Together
*Maulida Hayati
Note:
PTK juara I Simposium Guru SMP tingkat propinsi Kalsel di LPMP
Banjarbaru tahun 2007, berhak mengikuti Simposium guru tingkat nasional
tahun 2007.
Abstrak:
Siswa kurang bergairah, kurang aktif dan kelas tidak berpusat pada
siswa merupakan masalah yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah ini dicoba untuk diatasi
dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together.
PTK dilakukan dalam 2 siklus, dengan tujuan penelitian :
mendeskripsikan aktivitas siswa, mengetahui hasil belajar, dan
mengetahui respon siswa setelah belajar biologi. Subjek penelitian
adalah Siswa Kelas I SMP Negeri 1 Danau Panggang dengan jumlah siswa 23
orang, tahun pelajaran 2006/2007. Data diperoleh melalui observasi,
pemberian tes, dan penyebaran angket. Kemudian dianalisilis secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas siswa
meningkat dalam berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama,
dan menjawab kuis. Hasil belajar siswa meningkat dan respon terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan positif.
Kata kunci : hasil belajar, mengintegrasikan, kuis, kooperatif numbered-head together
PENDAHULUAN
Setiap
guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakannya meyenangkan
dan berpusat pada siswa. Siswa antusias mengacungkan tangan untuk
menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat, bersorak merayakan
keberhasilan mereka, bertukar informasi dan saling memberikan semangat. Dan tujuan akhir dari semua proses itu adalah penguasaan konsep dan hasil belajar yang memuaskan.
Sikap
kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan
kadang-kadang ada yang bermain-main sendiri di dalam kelas, merupakan
masalah yang dihadapi SMP Negeri 1 Danau Panggang, khususnya untuk mata
pelajaran Biologi pada siswa kelas 1. Dampak buruknya adalah penguasaan
konsep dan ketuntasan belajar mereka £ 65% . Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar.
Sebenarnya
guru telah berusaha menciptakan pembelajaran agar siswa lebih aktif,
diantaranya: pengamatan objek langsung, diskusi kelompok mengerjakan LKS
, menggunakan media yang ada di sekolah, dan mengunakan metode
tanya-jawab. Namun hasilnya belum dapat meningkatkan gairah dan
aktivitas secara maksimal
Jika
kondisi yang seperti ini tidak dicarikan alternatif pemecahan
masalahnya, maka guru tetap sebagai sumber informasi satu-satunya
dikelas, tidak ada tukar informasi, penguasaan konsep dan hasil belajar
biologi siswa tetap rendah, dan pembelajaran biologi jadi membosankan.
Menurut
Nasution (2000: 94) Pelajaran akan lebih menarik dan berhasil, apabila
dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman di mana anak dapat melihat,
meraba, mengucap, berbuat, mencoba, berfikir, dan sebagainya.
Pelajaran tidak hanya bersifat intelektual, melainkan juga bersifat
emosional. Kegembiraan belajar dapat mempertinggi hasil pelajaran.
Nur
(1996: 25) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit,
tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kerjasama, berfikir kritis,
kemauan membantu teman dan sebagainya. Pada
prinsipnya model pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan
tingkah laku kooperatif antar siswa sekaligus membantu siswa dalam
pelajaran akademisnya. Ada banyak variasi pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif. Setiap pendekatan memberi penekanan pada tujuan tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Numbered head together
adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan ini
menurut Ibrahim, dkk (2000: 28) ada 4 langkah yaitu: penomoran,
mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.
Pada hakikatnya belajar adalah wujud aktivitas pada saat terjadinya pembelajaran di kelas. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas fisik dan mental siswa. Piaget (dalam Nasution: 2000) berpendapat bahwa, seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat, anak tak berfikir. Agar anak berfikir, ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Pembelajaran
yang mengembangkan diskusi dan kerja kelompok memberikan aktivitas
lebih banyak pada siswa. Pernyataan ini didukung pendapat Nasution (2000
: 92), bahwa metode diskusi, sosiodrama, kerja kelompok, pekerjaan
diperpustakaan dan laboratorium banyak membangkitkan aktivitas pada
anak-anak.
Pengintegrasian
kuis seperti acara-acara di TV atau radio ke dalam proses pembelajaran
bukan hal yang tidak mungkin merupakan strategi yang dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan bagi siswa. DePorter (2005) mengatakan bahwa
kegembiraan membuat siswa siap belajar lebih mudah dan dapat mengubah
sikap negatif.
Berdasarkan
pendapat tersebut, untuk mengatasi masalah di atas maka dilakukan
penelitian tindakan kelas dengan mengintegrasikan kuis ke dalam proses
pembelajaran, dengan harapan pembelajaran biologi jadi menyenangkan,
siswa lebih aktif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas siswa, mengetahui hasil belajar siswa mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran biologi yang mengintegrasikan kuis dengan model pembelajaran kooperatif numbered-head-together.
Manfaat
yang diharapkan dari hasil penelitian ini bagi guru, sedikit demi
sedikit dapat meningkatkan kompetensinya dalam merancang model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan tidak membosankan. Bagi
siswa, lama-kelamaan akan terbiasa terlibat aktif dalam pembelajaran dan
tertarik dengan mata pelajaran biologi khususnya dan mata pelajaran
lain umumnya. Jika penelitian ini berhasil, sekolah memiliki referensi
contoh penelitian yang mungkin dapat dijadikan acuan bagi guru mata
pelajaran lain yang menghadapi masalah yang sama.
Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 1 SMP
Negeri1 Danau Panggang tahun pelajaran 2006/2007, yang berjumlah 23
orang. Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 sampai 13 September 2006 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 samapai 22 September 2006. Setiap siklusnya melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik-teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan pengamatan,
pemberian tes, dan penyebaran angket. Keterlaksanaan RP dianalisis
dengan menghitung jumlah butir-butir yang terlaksana dibagi jumlah butir
seluruhnya kali 100%. dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat serta saran dan komentar pengamat. Sedang aktivitas siswa dianalisis
dengan melihat jumlah indikator-indikator yang terpenuhi dari
butir-butir aktivitas siswa. Kemudian dideskripsikan berdasarkan
kriteria kurang, sedang, baik, dan baik sekali. Untuk menghitung
ketuntasan hasil belajar siswa dengan cara menghitung jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal kali seratus persen.Data
yang diperoleh dari pengisian angket yang disebarkan setelah kegiatan
pembelajaran siklus II dilaksanakan, dianalisis secara deskriptif dalam
bentuk persentase. Respon siswa dikatakan positif jika jumlah persentase
kategori sangat setuju dan setuju lebih dari jumlah persentase kategori
sangat tidak setuju, tidak setuju dan tidak menjawab.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian tindakan yang dilakukan dalam 2 Siklus dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Unsur yang diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
RP 1
|
RP 2
|
RP 3
|
RP 4
|
RP 5
|
1.
|
Keterlaksanaan RP
|
70%
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
2.
|
Aktivitas Siswa
|
Baik
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
3.
|
Hasil Belajar
|
39, 13% Tuntas
|
78,26% Tuntas
|
4.
|
Respon Siswa
|
Positif
|
Setelah
dilakukan tindakan-tindakan pada siklus I terjadi perubahan suasana
kelas. Siswa dengan cepat melaksanakan pembentukan kelompok, sangat
antusias untuk menjawab pertanyaan kuis, mendengarkan soal kuis yang
dibacakan dengan penuh perhatian. Ini sangat berbeda bila dibandingkan
dengan keadaan sebelum tindakan, yakni pada umumnya mereka kurang
bersemangat bekerja secara kelompok, dan malas menjawab pertanyaan.
Walaupun aktivitas berinteraksi, menyamakan persepsi, saling menanyakan
dalam kelompok, dan kurang disiplin dalam menjawab soal masih merupakan
butir yang lemah.
Temuan
lain pada siklus I adalah waktu tidak cukup, ada siswa yang berjalan
untuk melihat hasil kerja kelompok lain, masih ada siswa yang langsung
menjawab kuis sebelum ditunjuk, pertanyaan kuis sangat bagus karena berhubungan dengan LKS, tetapi dengan redaksi kalimat yang berbeda.
Masalah-masalah
yang ditemukan pada siklus I direfleksi kemudian dievaluasi dan
didiskusikan antara guru dengan pengamat untuk menemukan alternatif
pemecahannya. Hasilnya adalah guru perlu mengelola waktu dengan baik,
memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk mengetahui dan
memahami jawaban pertanyaan LKS, perlu bimbingan yang intensif melatihkan
pentingnya berfikir bersama, memberikan sanksi bagi anggota kelompok
yang tidak disiplin dalam menjawab kuis, dan memperhatikan materi yang
ingin disampaikan.
Pada
Siklus II aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas , berfikir bersama
(saling berinteraksi, saling meyakinkan, menyamakan persepsi, saling
menanyakan jawaban) dan menjawab kuis merupakan butir-butir yang kuat.
Siswa antusias mengerjakan tugas dan menjawab soal kuis.
Pembahasan
Berdasarkan
analisis data hasil observasi siklus I, tidak terlaksananya bagian
penutup disebabkan materi yang terlalu banyak dan siswa masih belum
terampil menggunakan mikroskop serta membuat preparat. Akibatnya waktu
tidak cukup.
Masih
kurangnya aktivitas berfikir bersama pada siklus I, kemungkinan
disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan
pentingnya saling berinteraksi, meyakinkan yang lain, dan menyamakan
persepsi. Penyebab lainnya adalah kurangnya bimbingan guru dalam
mengajarkan pentingnya bekerja sama (keterampilan sosial) dalam
kelompok. Guru hanya membimbing melakukan pengamatan dan membuat
preparat.
Ketidaktuntasan hasil belajar siswa pada siklus I ada
hubungannya dengan masih ada siswa yang bekerja sendiri dalam
mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan dan pengelompokan yang kurang
heterogen. Sehingga ada kelompok lebih banyak siswa yang lemah dari
pada siswa yang pintar.
Hasil
observasi pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus
I. Siswa yang tidak disiplin menjawab soal kuis dapat diatasi dengan
memberikan sanksi kepada kelompok berupa tidak boleh menjawab soal
berikutnya. Bimbingan intensif baik dari segi menyelesaikan tugas-tugas
kelompok maupun mengajarkan keterampilan sosial (dengan
cara mengingatkan untuk berfikir bersama), menyebabkan aktivitas
mengerjakan tugas, berfikir bersama (berinteraksi, meyakinkan tiap
anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab kuis cukup menonjol.
Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas
siswa. Sehingga kriteria aktivitas siswa baik sekali. Ini berarti sudah
di atas indikator kinerja yang ditetapkan yaitu baik. Dan dampak positifnya adalah meningkatnya hasil belajar siswa.
Bentuk
pertanyaan kuis yang dirancang guru berupa penggalan-penggalan
deskripsi suatu konsep, memotivasi siswa harus berkonsentrasi
mendengarkan soal yang dibacakan agar tidak salah dalam menjawab.
Dari
respon yang diberikan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan merupakan hal baru, merasa senang mengikuti pelajaran,
tugas lebih mudah dikerjakan, memotivasi mengerjakan tugas, merasa siap
untuk menjawab pertanyaan, memusatkan perhatian dan berfikir kritis,
serta lebih bergairah. Ini menunjukan bahwa pembelajaran biologi yang
mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran numbered-head-together mendapat respon positif dari siswa.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Pembelajaran Biologi dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab kuis.
2. Pembelajaran Biologi dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SMP Negeri 1 Danau Panggang.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran Biologi yang mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together adalah positif.
Hal-hal yang disarankan peneliti untuk guru-guru yang ingin melakukan penelitian yang sama adalah:
1. Proses
bimbingan intensif dalam hal menyelesaikan tugas-tugas kelompok dan
pentingnya bekerja sama dalam kelompok sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran terutama dalam hal meningkatkan aktivitas siswa.
2. Dalam
merancang pembelajaran ini perlu analisis materi yang akan diajarkan
dengan alokasi waktu dan pengetahuan prasyarat siswa (dalam penelitian
ini pengetahuan menggunakan mikroskop dan membuat preparat) terlebih
dahulu.
3. Pengelompokan siswa harus betul-betul heterogen dari segi tingkat kecerdasan karena sangat menentukan keberhasilan kelompok.
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran Sains (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Penulisan Karya Ilmiah (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Penelitian Tindakan Kelas (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Kurikulum
2004 Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi
Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas.
DePorter, Bobbi., Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press UNESA.
Nasution. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nur, M. 1996. Konsep Tentang Arah Pengembangan Pendidikan IPA SMP dan SMU Lima Tahun yang Akan Datang. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Umum.
Rachmadiarti, Fida. 2003. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP
Suharsimi., Suhardjono., dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Perum Balai Pustaka.